(13/1/2013) Maskapai penerbangan swasta Sriwijaya Air saat ini sedang melakukan peremajaan armada, melebarkan ekspansi jaringan, dan akan meluncurkan anak perusahaan yang berkonsep full service untuk mempertahaankan posisinya sebagai maskapai penerbangan terbesar ketiga di Indonesia.
Sriwijaya Air tidak ingin terjebak untuk masuk ke dalam persaingan penerbangan murah. Perusahaan akan tetap berada pada kelas menengah untuk brand Sriwijaya, dan akan masuk pada kelas premium dengan brand Nam Air.
Saat ini maskapai yang telah masuk ke dalam daftar 30 besar maskapai di Asia ini telah melayani 40 rute domestik dan dua internasional. Dua rute internasional Sriwijaya tersebut di antaranya tujuan Singapore dan Penang.
Perusahaan saat ini mengoperasikan lebih dari 30 pesawat Boeing 737 dan mempunyai rencana ambisius untuk mendatangkan setidaknya 45 pesawat dalam beberapa tahun ke depan, yang terdiri dari Boeing 737-800 dan Embraer E-190. Dengan pesawat tambahan ini, Sriwijaya menargetkan pertumbuhan sebesar 15 persen per tahun.
Usaha Sriwijaya untuk mempertahankan posisi sebagai maskapai terbesar ketiga setelah Lion dan Garuda tentu saja tidak mudah. Meskipun saat ini Sriwijaya bisa melewati Batavia yang sedang mengalami krisis keuangan, namun perusahaan akan mendapat tantangan serius dari Citilink dan Indonesia AirAsia. Apalagi pada sembilan bulan pertama tahun lalu Sriwijaya hanya mengalami pertumbuhan 11 persen.
Indonesia AirAsia yang berada di posisi keempat, saat ini masih jauh lebih kecil dibandingkan Sriwijaya. Tetapi maskapai ini sangat mungkin memperkecil jaraknya dengan Sriwijaya. Pada sembilan bulan pertama tahun lalu, Indonesia AirAsia mengalami pertumbuhan 13 persen dengan mengangkut 4,2 juta penumpang. Tahun ini Indonesia AirAsia akan mendatangkan sembilan pesawat, sehingga mengalami kenaikan armada sebesar 39 persen dari 23 menjadi 32 pesawat.
Citilink setelah lepas dari Garuda Indonesia dan terbang dengan Air Operator Certificate (AOC) sendiri juga mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Maskapai ini mempunyai peluang yang sangat besar untuk melewati Sriwijaya. Citilink berencana mengoperasikan 75 pesawat pada akhir 2015, dan mempunyai target mengangkut 10 juta penumpang di tahun 2013. Pada sembilan bulan pertama tahun 2012 Citilink hanya mengangkut 1,9 juta penumpang.
Citilink, Indonesia AirAsia, Lion, bahkan Mandala memiliki rencana dengan pertumbuhan yang lebih cepat daripada Sriwijaya, namun maskapai-maskapai ini merupakan maskapai penerbangan murah. Sriwijaya Air dengan sengaja menjauhi kelas penerbangan murah. Perusahaan percaya market penerbangan murah akan dengan cepat menjadi jenuh dan menimbulkan persaingan yang tidak rasional.