
(28/12/2012) Maskapai penerbangan berbiaya murah milik Garuda Indonesia, Citilink, telah memutuskan untuk memesan ATR 72-600 setelah produsen pesawat asal Eropa ini bersedia menyediakan pilot asing dan teknisi untuk perawatan pesawat.
PT Citilink Indonesia akan memesan sebanyak 25 unit ATR 72-600, dengan opsi pembelian sebanyak 25 pesawat tambahan, dan pengiriman pesawat pertama dilakukan pada September tahun depan.
CEO Citilink Indonesia Arif Prabowo mengatakan, dari 25 pesawat yang dipesan, lima pesawat pertama akan dikirim pada tahun 2013. Sedangkan 20 pesawat sisanya akan dikirimkan hingga tahun 2015. Jika opsi pembelian 25 pesawat tambahan diubah menjadi pesanan oleh Citilink, maka jadwal pengirimannya akan sampai tahun 2017.
Selain mempertimbangkan ATR 72-600, Citilink sebelumnya juga mempertimbangkan Bombardier Q400. Bahkan banyak pengamat industri penerbangan yang memperkirakan Citilink akan memilih Q400 untuk melakukan diferensiasi dari saingan terdekatnya, Wings Air, yang merupakan salah satu operator ATR 72 terbesar di dunia.
Arif Wibowo mengatakan, terdapat tiga kunci dalam memilih tipe pesawat, yaitu faktor ekonomi seperti harga pesawat, sistem pembayaran (financing), dan performa pesawat. Menurutnya, tiga hal ini yang menjadi target Citilink agar menjadi perusahaan yang kompetitif. Selain itu, Citilink juga mendapat tawaran dari ATR agar mendapatkan bantuan dari lembaga kredit ekspor Eropa juga menjadi salah satu pertimbangan perusahaan memilih ATR 72-600.
Pada proposal yang diajukan, Citilink mewajibkan peserta tender (ATR dan Bombardier) untuk menyediakan pilot, dan ATR menyetujui kondisi ini, ujar Arif Wibowo. Arif menambahkan, mungkin Citilink akan bergantung pada pilot asing selama dua hingga tiga tahun pertama sampai pilot-pilot lokal milik Citilink menyelesaikan pelatihan ab initio di sekolah penerbangan dan kemudian memiliki type-rating untuk pesawat ATR 72-600.
Pelatihan type-rating ATR 72-600 akan dilakukan di pusat pelatihan simulator baru milik ATR di Singapore.
Citilink tidak bisa mendapatkan pilot dari Garuda Indonesia untuk operasional pesawat baling-baling ini karena Garuda sendiri sedang butuh banyak pilot untuk mengoperasikan Boeing 737-800 yang terus berdatangan.