2013-03-17

Regio Prop 80 Buatan Indonesia Siap Saingi ATR

N-250 Gatotkaca

(18/3/2013) Anak mantan Presiden Republik Indonesia BJ Habibie, Ilham Habibie, memiliki rencana besar untuk mengembangkan pesawat regional yang diberi nama Regio Prop 80 (R80).

R80 merupakan pengembangan dari pesawat N-250 yang dikomandani oleh BJ Habibie, namun dihentikan proyeknya oleh International Monetary Fund (IMF) karena kiris ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998.

Ilham Habibie yang diwawancarai Detik.com mengungkapkan, Regio Prop 80 memiliki perbedaan yang cukup besar dibandingkan dengan N-250. Perbedaan yang paling terlihat adalah dari segi ukuran. R80 memiliki ukuran lebih besar dan memiliki kapasitas penumpang yang lebih besar dibandingkan dengan N-250. R80 sanggup membawa hingga 80 penumpang, sedangkan N-250 hanya mampu menampung 50 penumpang.

Karena ukuran pesawat lebih besar, maka sayap pesawat juga dibuat lebih besar untuk memberikan gaya angkat yang lebih kuat. Selain itu, landing gear atau roda pendaratan pada R80 juga dibuat lebih besar daripada N-250 untuk mengakomodasi badan pesawat yang lebih besar.

Dari sisi teknologi, sistem kontrol R80 akan lebih canggih dibandingkan dengan N-250. Hal ini terjadi karena N-250 dikembangkan 15 tahun silam, sedangkan teknologi semakin lama semakin maju, sehingga R80 akan mengadopsi teknologi yang lebih modern.

Salah satu hal yang menjadi persamaan antara R80 dan N-250 adalah terletak pada mesin. Kedua pesawat ini sama-sama menggunakan mesin baling-baling (turboprop) sebagai penggerak. Selain itu, sayap sama-sama berada di atas badan pesawat dan jika pesawat dibelah, lekukan ataupun konturnya akan sama dengan N-250.

Ilham mengatakan akan tetap mempertahankan mesin turboprop karena dinilai handal dan hemat bahan bakar. Apalagi dengan pesawat yang lebih kecil seperti ini sangat efektif menghubungkan kota-kota kecil jarak dekat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan mampu diakomodasi oleh bandara dengan landasan pendek.

R80 memang didesain untuk digunakan pada rute pendek dengan jarak tempuh kurang dari 600 km. Diharapkan pesawat ini bisa bersaing dengan pesawat ATR yang telah banyak dioperasikan oleh maskapai penerbangan Indonesia. Saat ini Wings Air merupakan ATR 72 terbesar di Indonesia. Bahkan jika seluruh ATR 72 telah dikirimkan kepada Wings Air, maskapai ini akan menjadi operator ATR 72 terbesar di dunia. Citilink pada tahun ini juga mendatangkan ATR 72 untuk menghubungkan rute-rute jarak dekat. Hal ini cukup membuktikan bahwa pesawat baling-baling lebih efisien digunakan pada rute pendek.

Ambisi untuk bersaing dengan ATR ini tentu melalui pertimbangan yang matang. ATR saat ini menjadi benchmark pesawat baling-baling di dunia. Nantinya R80 akan memiliki ukuran lebih besar dibanding ATR, yaitu 80 kursi, sedangkan ATR saat ini hanya memproduksi pesawat dengan kapasitas 70 kursi.

Kelebihan lain R80 adalah memiliki kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ATR, namun dengan konsumsi bahan bakar yang lebih hemat. Selain itu, harga jual R80 akan dibuat lebih murah daripada ATR. Hal ini memungkinkan karena suku cadang yang digunakan dibuat di Indonesia.

R80 dikembangkan oleh PT Ragio Aviasi Industri (RAI) yang merupakan perusahaan gabungan antara PT Ilthabie Rekatama milik Ilham Habibie dan PT Eagle Cap miik Erry Firmansyah.

Ilham Habibie menampik tudingan bahwa perusahaan ini didirikan untuk menyaingi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Menurutnya, PTDI akan menjadi salah satu pemegang saham dan produksi pesawat juga dilakukan oleh PTDI.

Bisakah R80 bersaing dengan pesawat produksi pabrikan kelas dunia? Paling tidak kita harus menunggu sampai tahun 2018, saat pesawat ini mulai diluncurkan.